What’s Your Resolution?
Bagi yang masih bingung mencoba sesuatu,
bagi yang masih takut menghadapi masa depannya,
bagi yang baru memulai suatu proses pendewasaan,
bagi yang sedang merealisasikan mimipinya,
bagi yang beralih haluan dan masih merasa malas untuk memulai. Mungkin tulisan ini bisa memberikan semangat tak hanya bagi diri saya tetapi untuk kita semua.
Sebelumnya, Apa yg telah kamu persiapkan untuk tahun 2020 ini? Sudahkah ada resolusi di tahun ini?
Resolusi, sudah tidak asing lagi ya kata itu di telinga kita? Karena hampir saat pergantian tahun kita pernah membaca atau mendengarnya.
Tapi, tahukah kalian makna dari sebuah resolusi itu?
Menurut (KBBI) resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang), pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. Sedangkan dikutip dari Tribunjogja.com dari Kompasiana, Edy Nugraha, Pengajar Bahasa Indonesia di salah satu sekolah di Jakarta menyebutkan, Resolusi mengalami perluasan makna. Menurut dia, makna dari resolusi bisa berarti harapan yang sungguh-sungguh dari pribadi seseorang.
Tulisan ini tak hanya tentangku, tapi tentang kita semuanya, khususnya yang sedang duduk di bangku kelas XII. Khususnya yang akan mulai merancang masa depannya, yang akan menentukan jalan hidupnya, yang akan memutuskan segala sesuatu di hidupnya. Dan ingatlah, bahwasanya saat ini kita bukan lagi anak kecil, bukan lagi remaja awal yang labil, dan bukan lagi pemimpi yang halu hingga terpelanting pada kenyataan yang fiksi. Ini adalah kita, kita yang bernjak dewasa, kita yang harus memutuskan sendiri jalan hidup kita, kita yang harus mempertanggungjawabkan setiap konsekuensi dari tiap arah yang kita pilih. Ini adalah kita, bukan lagi seorang pemimpi, tapi seorang aktor. Dan satu lagi, mimpi tanpa aksi adalah kepastian yang ilusi.
Lalu, sudah sejauh mana persiapan kita mewujudkan mimpi itu? Coba deh tanya sama diri kita sendiri. Apa kita masih belum bisa move on dari yang namanya game online? Apa kita masih kental dengan sebutan mager? atau kita masih tidak mau menerima kondisi diri kita dan hanya membanding-bandingkan dengan orang lain? Apakah kita masih dalam tipe orang yang nanti nanti juga kelar? Masih malas untuk belajar dan mengejar ketertinggalan materi? Bahkan, masihkah kita menduakan Rabb kita dalam kehidupan sehari-hari? Sudahkah kita berprogress? Subhanallah, apa iya kita akan mendapatkan kesuksesan dengan cara yang seperti itu? Hhmm, saya rasa kita sendiri sudah mendapatkan kesimpulannya.
Lalu, apa yang kita harapkan dari pergantian tahun ini? Suatu perubahan kan, tentunya? Tapi apakah perubahan itu akan mengarah ke arah yang lebih baik jika kita belum mau memulai merubah pola pikir dan kepribadian kita? Mungkinkah? Jikalau sikap kita masih sama, mungkinkah bukan kemajuan yang kita dapat, tetapi degradasi. Rela kah, kita? Tega kah, kita? Atas jerih payah bapak dan ibu kita yang akhirnya dibalas dengan dusta, dibalas dengan alibi, dan dibalas dengan kecewa? Saya rasa, kitapun tahu harus bagaimana. Takut kegagalan memang hal yang wajar. Namun apabila kamu takut mencoba, apa artinya kamu punya sejuta mimpi dan harapan?
Bagi yang sekarang dalam kondisi yang sama seperti saya, seorang siswa kelas XII SMA yang memungkinkan melanjutkan pendidikannya di jenjang perkuliahan. Di tahun 2020 ini, sudah berapa materi yang sudah kita serap sejauh 2,5 tahun ini? Apakah kita sudah bisa menyelesaikan soal-soal dari tiap latihan UN, US, UTBK, dan soal-soal lain yang diujikan untuk memasuki bangku perkuliahan dengan baik dan benar? Sudahkah kita mampu melaksanakan setiap pembelajaran yang tinggal beberapa bulan ini dengan baik? Sudahkah kita mengimplementasikan kepribadian yang kita dapat dari proses belajar kita? Sudahkah kita memberikan kebermanfaatan bagi sekolah, bagi keluarga, bahkan masyarakat di sekitar kita? Sudahkah kita berproses menuju diri kita yang sesungguhnya?
Mari merenung bersama.
Dan bagi yang berniat lintas jurusan seperti saya, sudahkah kita berprogress mengejar ketertinggalan kita? Tak ada yang salah, kita memang tertinggal tapi bukan berarti bahwa kita kita tak bisa mengejar. Itu hanya perkara waktu, tekad, dan usaha. Keterlambatan dalam proses kerja bukanlah hambatan bila kita mau berupaya memperbaikinya. Tak hanya itu, mungkin orang lain menganggap orang-orang seperti kita itu “bodoh”. “Kenapa dari dulu enggak pilih ini aja kenapa harus sekarang, Hahh, apaan linjur? Enggak bersyukur banget., Kenapa juga kayak gitu? Emang nggak sia-sia apa udah dapet ilmunya hampir tiga tahun terus dilepas begitu saja?. Ya, mungkin itulah tanggapan orang-orang terdekat kita. Tapi tak apa, terkadang tak semua omongan orang itu perlu kita dengarkan, terlebih omongan mereka yang merendahkan bahkan membuat kita patah semangat. Walaupun demikian, kita semestinya yakin bahwa siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil dan Allah tak akan mengubah nasib seseorang kecuali dia sendiri yang merubahnya. Berkatalah pada hati, bahwa saya bisa, dan saya akan memampukan diri saya untuk meraihnya. Karena ini dunia kita. Kita yang harus memperjuangkannya.
Seperti sebuah garis kontur, dimana menurut hukumnya semakin dekat jarak antar garis kontur maka daerah itu akan semakin terjal. Sebagaimana dekatnya seseorang akan tujuannya, semakin ia dekat pada tujuannya maka akan semakin sulit juga medan yang harus dilaluinya.
Setiap keinginan apalagi yang berkaitan dengan passion memang harus diperjuangkan, bukan? Karena menurut saya pribadi, lebih baik kita berjuang dengan passion kita dan menjadi diri kita yang seutuhnya daripada harus tetap terjebak dalam dunia ego / gengsi yang justru menyulitkan diri kita sendiri. Karena tujuan pembelajaran itu adalah untuk kebermanfaatan masa depan. Jika kita saja tidak bisa mendapatkan manfaat dari ilmu kita, mana mungkin kita bisa menyebar kebermanfaatan kepada orang lain lewat ilmu kita?
Berdasarkan uraian tersebut untuk mewujudkannya, ada sebuah rumus yang bisa kita terapkan, sekaligus menjadi resolusi saya di tahun ini, yaitu EPOCH.
E : Efford : usaha
P : Progress : kemajuan
O : Opportunity : kesempatan
C : Confidence : percaya diri
H : Hopefully : semoga
EPOCH (dalam bahasa inggris) artinya adalah masa atau waktu tertentu dalam kehidupan seseorang. Masa disini adalah masa sekarang, saat kita sedang bertumbuh dan merancang masa depan saat ini.
Ada resolusi yang telah kita laksanakan, yaitu doa. Suatu pengulangan yang berakhir dengan semoga. Serta meminta izin dan doa restu orang tua. Tapi apakah hanya itu kunci suksesnya? Tentunya tidak, selain doa ada usaha yang harus kita maksimalkan. Sehingga terbentuk grafik peningkatan atas usaha yang kita lakukan. Apa saja bentuknya? Tentunya kita sudah tak susah berpikir keras ya? Karena usahanya adalah belajar, latihan soal, ikut TO, bimbel, tutor sebaya, dsb. Lalu sudah berapa progress kita?
Selain kedua hal itu, pastinya kita juga harus bisa memanfaatkan setiap peluang dengan baik, kan? Jangan sampai kita akhirnya kecewa karena menyia-nyiakan kesempatan yang jelas di depan mata. Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat seperti ini tentunya sangat mempermudah langkah kita mendapatkan informasi dari segala bidang. Nah, cari juga info-info masuk PTN, PTS, Sekolah Kedinasan, atau Ikatan Dinas, dsb. Beasiswa, prodi dan jurusan, prospek kerja di masa yang akan datang, serta plus minusnya terhadap kemampuan diri kita. Jangan sampai kita memilih jurusan karena gengsi, karena kampusnya, atau karena keterpaksaan baik dari dalam diri kita maupun dari orang-orang terdekat kita. Jangan Sampai! Ingat, setiap mimpi perlu diperjuangkan. Penentu kesuksesan bukanlah kampus terbaik, bukan juga fasilitas terbaik, tapi kualitas diri yang baik. Maka percaya kepada diri sendiri adalah kunci membentuk mental yang tangguh.
Dari segala sesuatu yg telah kita tempuh kita percayakan segalanya kepada Allah swt. dan yakin kepada-Nya. Sehingga terbentuk kepercayaan diri kita dan pada akhirnya kita hanya bisa tinggal memperbanyak semoga atas segala sesuatu yang telah kita lakukan. Semoga Allah melapangkan dan memperkuat bahu kita atas segala sesuatu yg terbaik dari-Nya untuk kita. Jikalaupun nanti gagal setidaknya kita sedih karena kurang siapnya kemampuan kita sehingga kita ada usaha untuk memperbaiki lebih baik dari sebelumnya dan kegagalan itu bisa menjadi tolak ukur kita untuk melangkah merancang strategi yang lebih maju. Bukan menyesal karena sama sekali tak mencoba, justru itulah yang membuat diri kita sulit berkembang, terlalu terfokus pada bayang-bayang kegagalan hingga akhirnya kita tidak tahu apa-apa. Satu kali gagal, dua kali gagal, tiga kali gagal, jangan menyerah! Itu tak seberapa. Masih ingatkah kalian dengan Kolonel Sanders? Thomas Alva Edison? Bahkan penulis novel terkenal Harry Potter, J. K. Rowling?
Mari renungkan bersama.
Seandainya, di tahun ini kita belum diizinkan mendapatkan PTN dan harus mengulang di tahun depan bukan berarti kita gagal untuk selamanya. Tenang, jangan khawatir, tak usah terburu-buru melafalkan kata menyerah. Mungkin rezeki kita ada di cara atau waktu yang lain. Terkadang ilham datang disaat yang mepet (kurang tepat waktu menurut kita) tapi itulah yang membuat kita bertumbuh Allah menginginkan kita berusaha lebih keras dan lebih dekat dengan-Nya. Seperti kata salah seorang tokoh terkenal berikut, “Kegagalan adalah petunjuk bahwa kita harus berbelok mencari jalan yang lain,” Oprah Winfrey.
Atau mungkin bagi kita yang nanti lolos SNMPTN, PMDK, SBMPTN, atau jalur seleksi PTN lainnya. Mungkin kita bisa bangga dengan hasil kerja keras kita, kita merasa hebat mengenakan almamater kebanggaan kita. Tapi apakah saat mencari pekerjaan, apakah hal itu yang akan meloloskan kita mencari pekerjaan? TIDAK. Bukan almamater yang membuat kita dicari, tapi kualitas diri, keterampilan, kreativitas, pemikiran, dan kepribadian yang akan mengantarkan kita mendapatkan pekerjaan itu. Bukankah? Tak ada kebanggaan yang lebih indah, kecuali kebanggaan terhadap diri kita sendiri?
Yakinlah, bahwa kita semua akan sukses. Hanya waktunya saja yang berbeda. Sebagaimana pada cerita berikut. Siapa sangka sutradara peraih beragam penghargaan tingkat internasional pernah dua kali gagal masuk kampus seni. Spielberg dua kali ditolak University of Southern Californias School of Cinematic Arts. Meski begitu, penolakan itu tidak menghalanginya untuk berkiprah di dunia perfilman. Hasil perjuangannya adalah film keren seperti : Schindlers List, Saving Private Ryan, dan Jurassic Park. Sekolah formal memang penting, tapi bukan segalanya untuk meraih kesuksesan bagi Spielberg.
Jadi, sekali lagi, jangan takut mencoba. Juga jangan hanya berani melambungkan mimpi, karena mimpi tanpa aksi hanyalaah kepastian yang ilusi.