Dulu Aku Kesal Dikatai Kura-Kura, Sekarang Aku Malah Terinspirasi Darinya
Aku tak tahu apa masalah Wati (bukan nama sebenarnya) selama ini denganku, mengapa dia tega mengataiku kura-kura. Kura-kura itu kan simbol kelambanan dan kepengecutan, apa karena aku berbeda karakter dengannya (Wati) sampai-sampai aku diolok-olok seperti itu.
Aku sempat tak percaya saat mendengarnya dengan telingaku sendiri. Suara keras itu milik Wati, teman sejurusanku, yang sedang membicarakan aku dari jauh, entah dengan siapa.
Sakit hati, benci, dan merasa dikhianati, begitu perasaanku waktu itu. Aku benci ditusuk teman dari belakang, juga benci dihina seperti hewan.
Sampai suatu hari, ketika sedang mencari bahan untuk calon bukuku, tak sengaja kutemukan sebuah kisah bijak tentang kura-kura. Kura-kura yang biasa dianggap sebagai hewan payah dan kalah ternyata memiliki kelebihan juga. Kura-kura adalah hewan bijak, dia tak terlalu peduli dengan dunia sekitar yang negatif sehingga bisa berumur panjang. Malahan, kura-kura termasuk ke dalam salah satu hewan purba yang dapat bertahan selain komodo.
Aku semakin mengagumi kura-kura ketika tanpa sengaja kutemukan video tentang dia di Instagram. Dia ditandingkan dengan kelinci untuk mencari siapa yang tercepat dalam mencapai garis finish. Mulanya, kelinci tampak jauh memimpin, tetapi saat hampir mencapai garis finish tiba-tiba keadaan berbalik. Dengan langkah tenang dan mantap kura-kura dapat menyusulnya, lalu menyabet juaranya. Meski melaju dengan cepat pandangan kelinci tidak terfokus, dia terus menoleh pada kura-kura. Sebaliknya, kura-kura tak terpengaruh sedikitpun oleh keadaan di sekitarnya, selain garis finish saja. Kisah ini mirip dengan kisah pertandingan mereka di dalam dongeng, hanya pada kenyataannya kura-kura bisa menang tanpa perlu sedikitpun melakukan kecurangan.
Aku sebagai wanita introvert yang melankolis, pendiam, dan kalem sering dikatakan lamban dan berbagai sematan buruk lainnya. Akan tetapi, menurut para ahli, kekuatan seorang introvert salah satunya memang terletak pada kegigihan, bukan kecepatan. Dan Lok (pengusaha sukses), “guru” online-ku yang juga introvert pernah secara spesifik menyinggung hal ini. “Jangan khawatirkan orang lain yang menang dalam jangka pendek. Biarkan saja. Tujuan kalian adalah jangka panjang. Kalau kalian fokus dan gigih kalian pasti dapat terus menguasai persaingan dalam jangka panjang, seperti saya,” pesan Dan Lok.
Kalau dulu aku begitu meremehkan kura-kura, kini menonton video pertandingan kura-kura malah melecut semangatku. Ada kebahagiaan karena hinaan temanku bisa terpatahkan, ada pula harapan yang mengatakan “Ini belum waktunya saja” saat hidupku sedang berada di bawah.
Aku jadi malu telah meremehkan kura-kura. Ternyata, kura-kura yang dulu kuremehkan telah memberiku banyak pelajaran berharga:
- Dalam pertandingan dan kehidupan jangan pernah meremehkan siapapun,
- Setiap orang memiliki kelebihan, berfokuslah pada kelebihanmu sendiri dan optimalkan kelebihanmu itu.
- Bersainglah dengan dirimu sendiri, bukan dengan orang lain. Berusahalah agar dirimu menjadi lebih baik dari dirimu yang sebelumnya.
- Berfokuslah pada tujuan/impianmu, jangan terpengaruh dengan berbagai gangguan yang ada.
Nah, pelajaran-pelajaran di atas berusaha kuterapkan dalam mencapai resolusiku tahun ini.
Resolusi 2020
Resolusiku tahun ini adalah menjadi penulis yang lebih baik. Selama bertahun-tahun menggeluti dunia kepenulisan ini, aku memang telah berhasil menerbitkan banyak buku dan memenangkan banyak lomba. Namun, tingginya tingkat persaingan di dalamnya membuatku tak boleh lengah. Aku harus selalu memperbaiki diri dan mencari strategi yang lebih baik.
Ibarat kapak, dulu aku jarang mengasahnya. Aku lebih sering memakainya dibandingkan mengasahnya. Kalaupun aku mendapat ilmu menulis yang baru biasanya kubiarkan hanya sebatas teori, meskipun secara lahir aku rajin membaca teori menulis atau mengikuti pelatihannya, bahkan yang berbayar. Waktu itu kupikir jika aku lebih produktif peluangku untuk meloloskan naskah atau menjadi juara semakin meningkat. Namun, ternyata aku salah. Ada yang perlu dibenahi di sana.
Aku juga dulu masih terlalu berfokus pada penulis lain, sehingga aku sering merasa sedih dan merasa buruk tentang diri sendiri.
Oleh karena itu, aku ingin mengubah hidupku melalui resolusi tahun ini. Aku berusaha agar hidupku lebih seimbang, bisa menulis lebih cepat dan lebih baik, bisa lebih menikmati karirku sebagai penulis dan hidupku seluruhnya, dan tentu saja bisa tetap unggul di bidang kepenulisan.
Untuk mencapai resolusi-resolusiku ini aku melakukan pendekatan yang berbeda dengan orang pada umumnya. Pendekatan ini termasuk baru bagiku dan aku menyebutnya pendekatan terbalik. Jika orang-orang umumnya langsung berfokus pada hasil akhirnya, aku lebih berfokus pada apa yang ada di hadapanku saja, hari demi harinya, dan bekerja sesuai dengan ritmeku sendiri. Aku percaya bahwa perbaikan itu dibentuk dari kumpulan kemajuan yang kita capai dari hari ke hari. Jadi, setiap hari aku berusaha memastikan diriku untuk melakukan praktek menulis dan menambah teori menulis.
Ke depannya aku berencana menjadi penulis dengan bidang yang lebih spesifik lagi dan lebih menguntungkan. Aku telah berhasil mengerucutkan bidangku dari penulis fiksi dan nonfiksi menjadi nonfiksi saja. Nonfiksi pun telah kukerucutkan menjadi artikel dan buku saja. Lomba menulis pun demikian, dulu aku asal samber saja semua lomba dan semua tema, tetapi kini aku sudah semakin selektif akan segalanya.
Nah, seperti itu resolusi dan strategiku. Dalam setahun ini nantinya akan kuevaluasi kembali, dan bila masih ada kekurangan akan kuperbaiki lagi pada tahun berikutnya.