The Introvert Way – Part 1
Eh ternyata kamu kocak juga ya? aku kira dulu kamu itu pendiem banget loh
Dulu tuh aku ngiranya kamu dingin banget, sombong gitu. Ternyata aslinya gini. wkwk
Temen-temenku tuh ngiranya kamu misterius gitu
Di atas merupakan berbagai contoh kalimat yang diungkapkan orang kepada saya setelah cukup mengenal saya. Yap begitulah, dan hal tersebut tidak sekali dua kali terjadi namun seringkali terjadi.
Karena sudah seringkali terjadi saya pun jadi mulai terbiasa dengan hal tersebut. Dan ya memang betul juga sih, saya bukan tipe orang yang langsung berbicara banyak hal dengan orang yang baru. Kecuali mungkin kalau langsung sefrekuensi ya
Berbeda dengan orang pada umumnya yang mungkin ketemu orang langsung mengalir aja dengan basa-basi bambang, kalau saya mungkin harus berpikir dulu ketika harus berbasa-basi. Apakah kalimat tepat yang harus saya tanyakan? bagaimana kalau jawabannya tidak sesuai? bagaimana lanjutannya jika jawabannya begini? eh ribet amat yak cuma basa-basi padahal. Tapi well itulah yang benar sungguh terjadi. hehe
Saat harus masuk ke forum yang sudah ramai duluan saya juga sering bingung, bagaimana saya harus memulai? menyapa satu per satu? apakah saya salami satu persatu? eh tapi banyak orang yak nanti yang dipojokan nyalaminnya bagiamana? belum lagi kalau ada perempuan juga kan. Entar kalau ternyata perempuan tersebut ughtea-ughtea yang nggak mau salaman gmn? apa enggak malah tambah canggung? hehe
Dan hal yang buruk pun terjadi, ketika saya mulai menyalami ada yang tidak sadar ketika saya mengulurkan tangang. Jadi saya seperti dicueki begitu, dan sayapun merasa sangat canggung dan malu. Dan akibatnya saya tidak bisa melupkan kejadian itu seumur hidup saya.
Di lain kesempatan juga begitu, ketika harus bersalaman dengan orang meskipun sendirian (maksudnya ga rame) saya pun berpikir berulang apalagi kalau perempuan ya. Takutnya kalau udah disalami malah ga diterima. Tapi kalau ga disalami juga takut dikira gmn gitu. hehe
Ketika ngantri pesan sesuatu juga begitu, misal di tempat makan yang orang ngelayani sekalian orang banyak, yah seperti di tukang pecel gitu lah contohnya. Terkadang saya sudah ngantri duluan, eh kok penjual pecelnya kaya ga ngeliat saya melah ngelayani yang di sebelah-sebelahnya dulu. Saya sudah mulai tidak nyaman tapi juga susah untuk teriak. Terkadang kalau sebel saya pernah pergi saja dari kerumunan tersebut. Saya benci kerumunan dan keramaian!
Berada di keramaian dalam durasi yang terlalu lama juga merupakan sesuatu yang saya benci. Dulu ketika saya belum terlalu memahami diri saya sendiri terkadang saya merasa ada yang tidak nyaman misal sedang ada acara hajat tertentu apalagi di rumah, ketika dari pagi sampai malem harus berada di keramaian secara terus menerus. Iya seperti saya mulai kehabisa energi. Eh ternyata memang benar saya kehabisa energi karena saya seorang introvert.
Bagaimana dengan Sosial Media?
Nah, karena suka tidak bisa berekspresi di dunia nyata. Atau lebih tepatnya kalau di dunia nyata itu datar saja. Seperti tidak punya perasaan karena tidak ada ekspresi. Maka sosial media merupakan tempat yang biasanya saya jadikan pelampiasan. Ya terkadang vokal sekali saya di sosial media, bikin status lah, berpendapat tentang apa lah di twitter, nulis apa di blog, bikin story tertentu. Tapi tidak di kehidupan nyata, sepertinya tidak terjadi kevokalan itu di dunia nyata. hehe
Pernah suatu ketika saya sering komen di status kakak tingkat yang tidak terlalu saya kenal di kampus. Ya karena sering komen kami pun seperti akrab di sosial media. Tapi jangan tanya ya di kehidupan nyata, bahkan saya mau tanya atau sekedar menyapa pun belum tentu berani. Entah apa yang ada dipikiran kakak tingkat itu yang merasa mungkin saya sangat berbeda.
Sombong
Sombong merupakan salah satu perkiraan yang mungkin dilontarkan oleh orang yang belum akrab dengan saya karena jarang berbicara, menyapa atau sekedar basa-basi. Tapi tahukah engkau bahwa kami pun sangat tersiksa dan berpikir sangat dalam, iya cuma gitu aja kok dipikir. Mikir kalau dikira sombong kalau dikira apa lah gitu. Karena kami tidak sombong dan bukannya tak mau menyempatkan diri berbasa-basi, percayalah kami hanya tidak bisa. Padahal ingin sekali. hehe
Lingkaran Kecil
Namun meskipun orang seperti saya adalah orang yang tidak terlalu pandai bergaul karena “setting” dari sananya. Orang seperti saya biasanya mempunyai hubungan yang lebih dalam dari pada orang pada umumnya. Ya maksud saya meskipun hanya dengan orang yang lebih sedikit, tetapi saya biasa mempunyai hubungan yang lebih akrab. Biasa berteman sampai bertahun-tahun. Dan tidak sedikit yang nyaman bercurhat dengan saya.