NaNaR

Lawwdc
20 Mei 2020 21:21
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Lelaki tua berumur lebih setengah abad memandang ponselnya dengan lesu. Diusapkannya tangan hitam yang masih gagah, berusaha menepis bulir air yang menggenang di pelupuk matanya, pun yang mengalir lamban di pipi. Lalu ia bergumam, pelan hampir berbisik. Sudah setahun yang lalu Opa meninggal. Lantas, ia menarik mundur otot wajahnya yang menegang sedih. Sepertinya, ia sedang berusaha menahan tangis yang membuncah di bagian ulu hatinya. Atau sekadar menenangkan mata gadis kecil berambut hitam panjang yang sesekali memandangnya gamang. Aku yang sudah berumur ini pun tahu betul gerak geriknya yang ambigu. Gerakan tangannya yang tidak membiarkan diam, bergerilya menawan air mata yang kehilangan pesona tuanya. Potretnya yang sering tampak tegar luluhlantak di depanku. Aku lupa bahwa ia juga punya rasa, punya air mata. Dan punya mulut untuk bisa terisak memukul diri atas masa lalu bersama terkasihnya. Oh Tuhan, betapa egoisnya aku! Lantas, aku memalingkan muka, menangkal nuraniku untuk mengikutnya menangisi darsa yang sudah lebur bersama tanah merah saga. Pun, tidak bisa menonton kerlingan matahari ketika senja dibuahi langit malam.

#30 haribersenandung


  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •